THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Kamis, 22 Maret 2012

perkembangan kepribadian erikson dan freud



   TEORI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN  ERIKSON.

     Perkembangan berlangsung melalui tahap-tahap yang di kemukakan oleh Erikson. Apa yang terjadi pada tahap ini sangat penting bagi kepribadian dewasa. Berikut tahap-tahap perkembangan menurut ERIKSON.
     
1.      Kepercayaan Dasar vs Kecurigaan Dasar (0-1 tahun).
-       Tahap Kepercayaan dasar yang paling awal ialah terbentuk selama tahap sensorik-oral dan di tunjukkan oleh bayi lewat kapasitasnya tidur dengan tenang dan makan dengan nyaman.
-       Tahap ritualisasi numinous : perasaan bayi akan kehadiran ibunya.
-        Separation : bayi merasa dipisahkan.
-        Abandonment : bayi merasa di buang.
-         Penyimpangan numinous : idolisme (anal).
     
2.     Otonomi vs Perasaan malu dan keragu-raguan (2-3 tahun).
-       Tahap kedua (tahap muscular-anal dalam skema psikososial).
-        Nilai kemauan.
-       Tahap ritualisasi bijaksana (judicious) : dapat membedakan benar dan salah.
-       Pseudospesies : sumber prasangka dalam diri manusia.
-       Penyimpangan judicious : legalisme.

3.      Inisiatif vs Kesalahan (3-6 tahun)
-        Tahap ketiga yaitu inisiatif : memperluas penguasaan dan tanggung jawab.
-       Bahaya pada tahap ini perasaan bersalah.
-       Nilai : tujuan
-       Ritualisasi dramatik.
-       Penyimpangan : impersonasi sepanjang hidup /melakukan dramatic sepanjang hidup.

4.     Kerajinan vs Inferioritas (l6-11 tahun).
-       Tahap ke empat : mengontrol imajinasi.
-       Nilai : kompetensi.
-       Ritualsasi formal.
-       Penyimpangan : formalisme.

5.      Identitas vs Kekacauan identitas (mulai 12 tahun)
-       Ritualisasi ideologi.
-       Ritualisasi ideologi.
-       Penyimpangan : totalisme.
-        Totalisme : preokupasi fanatik dan ekslusif dengan apa yang kelihatannya benar.

6.     Keintiman vs  Isolasi (dewasa awal).
-       Nilai : cinta.
-       Ritualisasi afiliatif : berbagi bersama dalam pekerjaan, persahabatan, dan cinta.
-        Ritualisasi  : elitisme (terungkapkan lewat pembentukan  kelompok – kelompok ekslusif).

7.     Generativitas  vs Stagnasi (dewasa).
-       Nilai : pemeliharaan.
-       Ritualisasi : sesuatu yang generasional.
-       Penyimpangan : autoritisme (pencaplokan/penrongrongan kekuasaan yang bertentangan dengan pemeliharaan).

8.     Integritas vs Keputusasaan.
-       Nilai : bijaksana.
-       Ritualisasi : integral.
-       Erikson mengusulkan sapientisme : “kedunguan dengan berpura-pura bijaksana”
.

2. TEORI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN FREUD.

Freud merupakan psikolog pertama yang menekankan aspek-aspek perkembangan kepribadian dan terutama menekankan peranan menentukan dari tahun-tahun awal masa bayi dan kanak-kanak dalam meletakkan struktur watak dasar sang pribadi. Kepribadian berkembang sebagai respon terhadap empat sumber tegangan pokok, yakni : (1) proses-proses pertumbuhan fisiologis (2) frustasi-frustasi (3) konflik-konflik (4) ancaman-ancaman. Identifikasi dan pemindahan (displacement) adalah dua cara yang digunakan individu untuk belajar mengatasi frustasi-frustasi, konflik-konflik, dan kecemasan-kecemasan.
Identifikasi dapat didefinisikan sebagai metode yang digunakan orang untuk mengambil alih ciri-ciri orang lain dan menjadikannya bagian yang tak terpisahkan dari kepribadiannya sendiri. Orang  belajar mereduksikan tegangan dengan cara bertingkah laku seperti tingkah laku orang lain. Freud lebih suka memakai istilah identifikasi daripada imitasi karena ia berpendapa bahwa imitasi mengandung arti sejenis peniruan tingkah laku yang bersifat dangkal dan sementara padahal ia menginginkan suatu kata mengandung pengertian tentang sejenis pemerolehan (acquisition) yang kurang lebih bersifat permanen pada kepribadian.
Anak mengidentifikasikan diri dengan orangtuanya karena orangtuanya tampak mahakuasa, sekurang-kurangnya selama tahun-tahun masa kanak-kanak awal. Ketika anak-anak bertambah beasar, mereka menemukan orang-orang lain yang prestasi-prestasinya lebih sejalan dengan hasrat-hasrat baru mereka untuk diidentifikasi. Terdapat coba-coba (trial and error) dalam proses identifikasi karena baisanya orang tidak tahu dengan psti apa yang terdapat pada orang lain yang menyebabkan keberhasilannya. Ujain terakhir adalah apakah identifikasi itu membantu mereduksikantegangan; jika ya maka kualitas itu diambil alih, kalau tidak, maka akan dibuang. Orang –orang dapat mengidentifikasikan diri dengan bintang-bintang, tokoh khayalan, lembaga-lembaga, gagasan-gagasan abstrak, benda-benda mati maupun manusia–manusia lain.
Apabila objek asli yang dipilih insting tidak dapat dicapai karena adanya rintangan baik dari luar maupun dari dalam (anti kateksis), maka suatu kateksis yang baru akan terbentuk, kecuali jika terjadi suatu represi yang kuat. Apabila kateksis yang baru itu juga terhalang, maka akan terjadi pemindahan lain, demikian seterusnya, sampai ditemukan objek yang mampu sedikit mengurangi tegangan yang tak tersalukan. Suatu pemindahan yang menghasilkan prestasi kebudayaan yang lebih tinggi disebut sublimasi.

Tahap – tahap perkembangan.

Anak melewati serangkaian tahap yang secara dinamis  berlainan selama lima tahun pertama kehidupan, kemudian selam sautu periode lima atau enam tahun berikutnya – periode laten dinamika tersebut kurang lebih menjadi stabil. Dengan datangnya masa adolesen, dinamika itu muncul lagi kemudian secara bertahapan menjadi tenang ketika remaja memasuki masa dewasa. Bagi Freud tahun-tahun pertama kehidupan yang hanya beberapa itu memiliki peranan yang menentukan bagi pembentukan kepribadian. Masing-masing tahap perkembangan selama lima tahun pertama ditentukan oleh cara-cara reaksi suatu zona tubuh tertentu. Selamatahap pertama, yang berlangsung selama kira-kira satu tahun, mulut merupakan daerah pokok kegiatan dinamik. Tahap oral disusul dengan berkembangnya kateksis dan antikateksis disekitar fungsi-fungsi eliminasi, dan disebut tahap anal. Tahap ini berakhir pada tahun kedua dan disusul dengan tahap phalik di mana organ-organ seks merupakan zona-zona erogen terpenting.
Tahap-tahap ini yakni oral, anal dan phalik disebut tahap-tahap pragenital. Munculnya kembali dinamika pada masa adolesen yang dinamis mengaktifkan kembali impuls-impuls pragenital. Apabila impuls-impuls ini berhasil dipindahkan dan disublimasikan oleh ego maka sampailah orang pada tahap kematangan yang merupakan tahap akhir, yakni tahap genital.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar