THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Kamis, 22 Maret 2012

perkembangan kepribadian erikson dan freud



   TEORI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN  ERIKSON.

     Perkembangan berlangsung melalui tahap-tahap yang di kemukakan oleh Erikson. Apa yang terjadi pada tahap ini sangat penting bagi kepribadian dewasa. Berikut tahap-tahap perkembangan menurut ERIKSON.
     
1.      Kepercayaan Dasar vs Kecurigaan Dasar (0-1 tahun).
-       Tahap Kepercayaan dasar yang paling awal ialah terbentuk selama tahap sensorik-oral dan di tunjukkan oleh bayi lewat kapasitasnya tidur dengan tenang dan makan dengan nyaman.
-       Tahap ritualisasi numinous : perasaan bayi akan kehadiran ibunya.
-        Separation : bayi merasa dipisahkan.
-        Abandonment : bayi merasa di buang.
-         Penyimpangan numinous : idolisme (anal).
     
2.     Otonomi vs Perasaan malu dan keragu-raguan (2-3 tahun).
-       Tahap kedua (tahap muscular-anal dalam skema psikososial).
-        Nilai kemauan.
-       Tahap ritualisasi bijaksana (judicious) : dapat membedakan benar dan salah.
-       Pseudospesies : sumber prasangka dalam diri manusia.
-       Penyimpangan judicious : legalisme.

3.      Inisiatif vs Kesalahan (3-6 tahun)
-        Tahap ketiga yaitu inisiatif : memperluas penguasaan dan tanggung jawab.
-       Bahaya pada tahap ini perasaan bersalah.
-       Nilai : tujuan
-       Ritualisasi dramatik.
-       Penyimpangan : impersonasi sepanjang hidup /melakukan dramatic sepanjang hidup.

4.     Kerajinan vs Inferioritas (l6-11 tahun).
-       Tahap ke empat : mengontrol imajinasi.
-       Nilai : kompetensi.
-       Ritualsasi formal.
-       Penyimpangan : formalisme.

5.      Identitas vs Kekacauan identitas (mulai 12 tahun)
-       Ritualisasi ideologi.
-       Ritualisasi ideologi.
-       Penyimpangan : totalisme.
-        Totalisme : preokupasi fanatik dan ekslusif dengan apa yang kelihatannya benar.

6.     Keintiman vs  Isolasi (dewasa awal).
-       Nilai : cinta.
-       Ritualisasi afiliatif : berbagi bersama dalam pekerjaan, persahabatan, dan cinta.
-        Ritualisasi  : elitisme (terungkapkan lewat pembentukan  kelompok – kelompok ekslusif).

7.     Generativitas  vs Stagnasi (dewasa).
-       Nilai : pemeliharaan.
-       Ritualisasi : sesuatu yang generasional.
-       Penyimpangan : autoritisme (pencaplokan/penrongrongan kekuasaan yang bertentangan dengan pemeliharaan).

8.     Integritas vs Keputusasaan.
-       Nilai : bijaksana.
-       Ritualisasi : integral.
-       Erikson mengusulkan sapientisme : “kedunguan dengan berpura-pura bijaksana”
.

2. TEORI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN FREUD.

Freud merupakan psikolog pertama yang menekankan aspek-aspek perkembangan kepribadian dan terutama menekankan peranan menentukan dari tahun-tahun awal masa bayi dan kanak-kanak dalam meletakkan struktur watak dasar sang pribadi. Kepribadian berkembang sebagai respon terhadap empat sumber tegangan pokok, yakni : (1) proses-proses pertumbuhan fisiologis (2) frustasi-frustasi (3) konflik-konflik (4) ancaman-ancaman. Identifikasi dan pemindahan (displacement) adalah dua cara yang digunakan individu untuk belajar mengatasi frustasi-frustasi, konflik-konflik, dan kecemasan-kecemasan.
Identifikasi dapat didefinisikan sebagai metode yang digunakan orang untuk mengambil alih ciri-ciri orang lain dan menjadikannya bagian yang tak terpisahkan dari kepribadiannya sendiri. Orang  belajar mereduksikan tegangan dengan cara bertingkah laku seperti tingkah laku orang lain. Freud lebih suka memakai istilah identifikasi daripada imitasi karena ia berpendapa bahwa imitasi mengandung arti sejenis peniruan tingkah laku yang bersifat dangkal dan sementara padahal ia menginginkan suatu kata mengandung pengertian tentang sejenis pemerolehan (acquisition) yang kurang lebih bersifat permanen pada kepribadian.
Anak mengidentifikasikan diri dengan orangtuanya karena orangtuanya tampak mahakuasa, sekurang-kurangnya selama tahun-tahun masa kanak-kanak awal. Ketika anak-anak bertambah beasar, mereka menemukan orang-orang lain yang prestasi-prestasinya lebih sejalan dengan hasrat-hasrat baru mereka untuk diidentifikasi. Terdapat coba-coba (trial and error) dalam proses identifikasi karena baisanya orang tidak tahu dengan psti apa yang terdapat pada orang lain yang menyebabkan keberhasilannya. Ujain terakhir adalah apakah identifikasi itu membantu mereduksikantegangan; jika ya maka kualitas itu diambil alih, kalau tidak, maka akan dibuang. Orang –orang dapat mengidentifikasikan diri dengan bintang-bintang, tokoh khayalan, lembaga-lembaga, gagasan-gagasan abstrak, benda-benda mati maupun manusia–manusia lain.
Apabila objek asli yang dipilih insting tidak dapat dicapai karena adanya rintangan baik dari luar maupun dari dalam (anti kateksis), maka suatu kateksis yang baru akan terbentuk, kecuali jika terjadi suatu represi yang kuat. Apabila kateksis yang baru itu juga terhalang, maka akan terjadi pemindahan lain, demikian seterusnya, sampai ditemukan objek yang mampu sedikit mengurangi tegangan yang tak tersalukan. Suatu pemindahan yang menghasilkan prestasi kebudayaan yang lebih tinggi disebut sublimasi.

Tahap – tahap perkembangan.

Anak melewati serangkaian tahap yang secara dinamis  berlainan selama lima tahun pertama kehidupan, kemudian selam sautu periode lima atau enam tahun berikutnya – periode laten dinamika tersebut kurang lebih menjadi stabil. Dengan datangnya masa adolesen, dinamika itu muncul lagi kemudian secara bertahapan menjadi tenang ketika remaja memasuki masa dewasa. Bagi Freud tahun-tahun pertama kehidupan yang hanya beberapa itu memiliki peranan yang menentukan bagi pembentukan kepribadian. Masing-masing tahap perkembangan selama lima tahun pertama ditentukan oleh cara-cara reaksi suatu zona tubuh tertentu. Selamatahap pertama, yang berlangsung selama kira-kira satu tahun, mulut merupakan daerah pokok kegiatan dinamik. Tahap oral disusul dengan berkembangnya kateksis dan antikateksis disekitar fungsi-fungsi eliminasi, dan disebut tahap anal. Tahap ini berakhir pada tahun kedua dan disusul dengan tahap phalik di mana organ-organ seks merupakan zona-zona erogen terpenting.
Tahap-tahap ini yakni oral, anal dan phalik disebut tahap-tahap pragenital. Munculnya kembali dinamika pada masa adolesen yang dinamis mengaktifkan kembali impuls-impuls pragenital. Apabila impuls-impuls ini berhasil dipindahkan dan disublimasikan oleh ego maka sampailah orang pada tahap kematangan yang merupakan tahap akhir, yakni tahap genital.

Selasa, 20 Maret 2012

kesehatan mental



Apa itu SEHAT ????

Pada Blog kali ini, saya akan membahas tentang kesehatan mental. Pertama-tama dan yang paling utama, mungkin kita harus tahu arti sehat itu sendiri. Mungkin dalam benak kita pengertian sehat itu seperti tidak ada penyakit yang bersarang pada tubuh kita. Padahal dalam Kamus Besar bahasa indonesia Sehat itu adalah dimana keadaan baik seluruh badan serta bagian-bagiannya (bebas dari rasa sakit); waras. Sedangkan menurut menurut UU 23 tahun 1992, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (bab 1 ketentuan umum pasal 1 butir 1). WHO dalam memberikan definisi sehat adalah a state of completely physical, mental, and social well being and not merly the absent of disease or infirmity (Suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan)
Jadi sehat itu bukan hanya tidak adanya penyakit atau rasa sakit pada diri kita tapi juga seorang dapat dikatakan benar-benar sehat apabila ia itu terlihat sehat bukan hanya pada fisiknya tapi juga aspek kejiwaannya atau psikologisnya, bahkan UU no.23 tahun 1992 menambahkan definisi sehat menjadi lebih sukar lagi yaitu selain sehat secara fisik, psikis, dan sosial tapi juga seseorang itu baru dapat dikatakan sehat apabila ia produktif. Yaa seperti pepatah mengatakan, “ didalam jiwa yang sehat terdapat Tubuh yang kuat ”
Kesehatan mental mengacu pada kognitif kita, dan / atau kesejahteraan emosional - ini adalah soal bagaimana kita berpikir, merasa dan berperilaku. Kesehatan mental, jika seseorang memiliki itu, dapat juga berarti tidak adanya gangguan mental.Sekitar 25% orang di Inggris memiliki masalah kesehatan mental selama hidup mereka. Amerika Serikat dikatakan memiliki insiden tertinggi orang didiagnosis dengan masalah kesehatan mental di negara maju.Kesehatan mental Anda dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari, hubungan dan bahkan kesehatan fisik Anda. Kesehatan mental juga mencakup kemampuan seseorang untuk menikmati hidup - untuk mencapai keseimbangan antara aktivitas kehidupan dan upaya untuk mencapai ketahanan psikologis. 
Menurut Medilexicon di kamus medis , kesehatan mental adalah "emosional, kematangan perilaku, dan sosial atau normalitas, tidak adanya gangguan mental atau perilaku; keadaan psikologis dimana seseorang telah mencapai integrasi memuaskan dorongan-dorongan insting seseorang diterima untuk baik diri sendiri dan lingkungan sosial seseorang; keseimbangan yang tepat dari cinta, pekerjaan, dan kegiatan rekreasi ". 
Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan mental adalah "suatu keadaan kesejahteraan di mana individu menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan yang normal dalam kehidupan, mampu bekerja secara produktif dan baik, dan mampu membuat kontribusi untuk nya atau komunitasnya ". WHO menekankan bahwa kesehatan mental "bukan hanya tidak adanya gangguan mental". 
WHO menjelaskan bahwa terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah, layanan kesehatan mental sangat kekurangan dana - baik manusia dan keuangan. Sumber daya yang paling disalurkan ke mengobati dan merawat penderita sakit mental, bukan pada sistem kesehatan terpadu mental. Negara harus mengintegrasikan kesehatan mental ke dalam pelayanan kesehatan primer (praktek umum), memberikan perawatan kesehatan mental di rumah sakit umum, dan meningkatkan layanan berbasis masyarakat kesehatan mental, bukan hanya menyediakan perawatan di rumah sakit jiwa besar.

Mental hygiene merujuk pada pengembangan dan aplikasi seperangkat prinsip-prinsip praktis yang diarahkan kepada pencapaian dan pemeliharaan unsur psikologis dan Pencegahan dari kemungkinan timbulanya kerusakan mental atau malajudjusment. Kesehatan mental terkait dengan (1) bagaimana kita memikirkan, merasakan menjalani kehidupan sehari-hari; (2) bagaimana kita memandang diri sendiri dan sendiri dan orang lain; dan (3) bagaimana kita mengevaluasi berbagai alternatif dan mengambil keputusan. Seperti halnya kesehatan fisik, kesehatan mental sangat penting bagi setiap fase kehidupan. kesehatan mental meliputi upaya-upaya mengatasi stres, berhubungan dengan orang lain, dan mengambil keputusan.
Kesehatan mental tertentang dari yang baik sampai dengan yang buruk, dan setiap orang akan mengalaminya. tidak sedikit orang, pada waktu-waktu tertentu mengalami masalah-masalah kesehatan mental selama rentang kehidupannya. Fungsi-fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan, sikap, pandangan dan keyakinan hidup, harus dapat saling membantu dan bekerjasama satu sama lain sehingga dapat dikatakan adanya keharmonisan yang menjauhkan orang dari perasaan ragu dan terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin (konflik).
  1. Hadfield : ”upaya memeliharaan mental yang sehat dan mencegah agar mentak tidak sakit”. 
  2. Alexander Schneiders : ”suatu seni yang praktis dalam mengembangkan dan menggunakan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan kesehatan mental dan penyesuaian diri, serta pencegahan dari gangguan-gangguan psikologis”. 
  3. Carl Witherington : ”ilmu pemeliharaan kesehatan mental atau sistem tentang prinsip, metode, dan teknik dalam mengembangkan mental yang sehat”.
KARAKTERISTIK MENTAL YANG SEHAT

1. Terhindar dari Gangguan Jiwa

Zakiyah Daradjat (1975) mengemukakan perbedaan antara gangguan jiwa (neurose) dengan penyakit jiwa (psikose), yaitu:
  1. Neurose masih mengetahui dan merasakan kesukarannya, sebaliknya yang kena psikose tidak. 
  2. Neurose kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan masih hidup dalam alam kenyataan pada umumnya. sedangkan yang kena psikose kepribadiaannya dari segala segi (tanggapan, perasaan/emosi, dan dorongan-dorongan) sangat terganggu, tidak ada integritas, dan ia hidup jauh dari alam kenyataan.
2. Dapat menyesuaikan diri
Penyesuaian diri (self adjustment) merupakan proses untuk memperoleh/ memenuhi kebutuhan (needs satisfaction), dan mengatasi stres, konflik, frustasi, serta masalah-masalah tertentu dengan cara-cara tertentu. Seseorang dapat dikatakan memiliki penyesuaian diri yang normal apabila dia mampu memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalahnya secara wajar, tidak merugikan diri sendiri dan lingkungannya, serta sesuai denagn norma agama.
3. Memanfaatkan potensi semaksimal mungkin
Individu yang sehat mentalnya adalah yang mampu memanfaatkan potensi yang dimilikinya, dalam kegiatan-kegiatan yang positif dan konstruktif bagi pengembangan kualitas dirinya. pemanfaatan itu seperti dalam kegiatan-kegiatan belajar (dirumah, sekolah atau dilingkungan masyarakat), bekerja, berorganisasi, pengembangan hobi, dan berolahraga.

4. Tercapai kebahagiaan pribadi dan orang lain

Orang yang sehat mentalnya menampilkan perilaku atau respon-responnya terhadap situasi dalam memenuhi kebutuhannya, memberikan dampak yang positif bagi dirinya dan atau orang lain. dia mempunyai prinsip bahwa tidak mengorbankan hak orang lain demi kepentingan dirnya sendiri di atas kerugian orang lain. Segala aktivitasnya di tujukan untuk mencapai kebahagiaan bersama.
Karakteristik pribadi yang sehat mentalnya juga dijelaskan pada tabel sebagai berikut (Syamsu Yusuf LN ; 1987).

ASPEK PRIBADI
KARAKTERISTIK
Fisik
Perkembangannya normal.
Berfungsi untuk melakukan tugas-tugasnya.
Sehat, tidak sakit-sakitan.
Psikis
Respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
Memiliki Insight dan rasa humor.
Memiliki respons emosional yang wajar.
Mampu berpikir realistik dan objektif.
Terhindar dari gangguan-gangguan psikologis.
Bersifat kreatif dan inovatif.
Bersifat terbuka dan fleksibel, tidak difensif.
Memiliki perasaan bebas untuk memilih, menyatakan pendapat dan bertindak.
Sosial
Memiliki perasaan empati dan rasa kasih sayang (affection) terhadap orang lain, serta senang untuk memberikan pertolongan kepada orang-orang yang memerlukan pertolongan (sikap alturis).
Mampu berhubungan dengan orang lain secara sehat, penuh cinta kasih dan persahabatan.
Bersifat toleran dan mau menerima tanpa memandang kelas sosial, tingkat pendidikan, politik, agama, suku, ras, atau warna kulit.
Moral-Religius
Beriman kepada Allah, dan taat mengamalkan ajaran-Nya.
Jujur, amanah (bertanggung jawab), dan ikhlas dalam beramal.

Uraian diatas, menunjukan ciri-ciri mental yang sehat, sedangkan yang tidak sehat cirinya sebagai berikut :
  1. Perasaan tidak nyaman (inadequacy) 
  2. Perasaan tidak aman (insecurity) 
  3. Kurang memiliki rasa percaya diri (self-confidence) 
  4. Kurang memahami diri (self-understanding) 
  5. Kurang mendapat kepuasan dalam berhubungan sosial 
  6. Ketidakmatangan emosi 
  7. Kepribadiannya terganggu 
  8. Mengalami patologi dalam struktur sistem syaraf (thorpe, dalam schneiders, 1964;61)

      SEJARAH KESEHATAN MENTAL



Seperti kesehatan fisik, kesehatan mental merupakan aspek sangat penting bagi setiap fase kehidupan manusia. Keshatan mental terentang dari yang baik sampai dengan yang buruk. Setiap orang, mungkin dalam hidupnya mengalami kedua sisi rentangan tersebut, kadang-kadang keadaan mentalnya sangat sehat, tetapi dilain waktu justru sebaliknya. Pada saat mengalami masalah kesehatan mental, seseorang membutuhkan pertolongan orang lain untuk mengatasi masalah yang dihadapinya tersebuit. Kesalahan mental dapat memberikan dampak terhadap kehidupan sehari-hari atau masa depan seseorang termasuk anak-anak dan remaja. Merawat dan melindungi keshatan mental anak-anak merupakan aspek yang sangat penting yang dapat membantu perkembangan anak yang lebih baik di masa depan.
A. Era pra Ilmiah
1. Kepercayaan Animisme
Sejak zaman dulu sikap terhadap gangguan kepribadian atau mental telah muncul dalam konsep primitif animeisme, ada kepercayaan bahwa dunia ini diawasi atau dikuasisi oleh roh-roh atau dewa-dewa. Orang primitrif percaya bahwa angin bertiup, ombak mengalun, batu berguling, dan pohon tumbuh karena pengaruh roh yang tinggal dalam benda-benda tersebuit.
Orang yunani percaya bahwa gangguan mental terjadi karena dewa marah dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dari korban.
2. Kemunculan Naturalisme
Perubahan sikap terhadap tradisi animisme terjadi pada zaman Hipocrates (460-467). Dia dan pengikuutnya mengembangkan pandangan revolusioner dalam pengobatan, yaitu dengan menggunakan pendekatan ”Naturalisme”, suatu aliran yang berpendapat bahwa gangguan mental atau fisik itu merupakan akibat dari alam. Hipocrates menolak pengaruh roh, dewa, syetan atau hantui sebagai penyebab sakit. Dia menyatakan: ”Jika anda memotong batok kepala, maka anda akan menemukan otak yang basah, dan memicu bau yang amis, akan tetapi anda tidak akan melihat roh, dewa atau hantuyang melukai badan anda”.
Ide naturalkistik ini kemudian dikembangkan oleh Galen, seorang tabib dalam lapangan pekerjaan pemeriksaan atau pembedahan hewan.
Dalam perkembangan selajutnya, pendekatan naturalistik ini tidak dipergunakan lagi dikalangan orang-orang kristen. Seorang dokter perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filasafat politik dan sosial yang baru untuk memecahkan problem penyakit mental. Dia telah terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, para pasiennya (yang maniac) dirantai, diikat ditembok dan ditempat tidur. Para pasien yang telah dirantai selama 20 tahun atau lebih, adan mereka dipandang sangat berbahaya dibawa jalan-jalan disekitar ruimah sakit. Akhirnya, diantara mereka banyak yang berhasil, mereka tidak menunjukkan lagi kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya sendiri.
B. Era Ilmiah (Modern)
Perubahan yang sangat berarti dalam sikap dan era pengobatan gangguan mental, yaitu dari animisme (irrasional) dan tradisional ke sikap dan cara yang rasional (ilmiah), terjadi pada saat berkembangnya Psikologi Abnormal dan psikiatri di Amerika Serikat, yaitu pada tahun 1783. ketika itu benyamin rush (1745-1813) menjadi anggota staff medis dirumah sakit Penisylvania. Dirumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai ”lunaties” (orang-orang gila atau sakit ingatan).
Pada waktu itu sedikit sekali pengetahuan tentang penyakit kegilaan tersebut, dan kurang mengetahui bagaimana menyembuhkannya. Sebagai akibatnya, pasien-pasien tersdebut didukung dalam sel yang kurang sekali alat ventilasinya, dan mereka sekali-sekali digugur dengan air.
Rush melakukan usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang menderita gangguan mental tersebut. Cara yang ditempuhnya adalah dengan melalui penulisan artikel-artikel dalam koran, ceramah, dan pertemuan-pertemuan lainnya. Akhirnya, setelah usaha itu dilakukan (selama 13tahun), yaitu pada tahun 1796, dirumah mental. Ruangan ini dibedakan untuk pasien wanita dan pria. Secara berkesenimbungan, rush mengadakan pengobatan kepada para pasien dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan.
Perkembangan psikologi abnormal dan pskiatri ini memberikan pengaruh kepada lahirnya Mental Hygiene yang berkembang menjadi suatu ”Body Of Knowledge” berikut gerakan-gerakan yang teorganisir.
Perkembangan kesehatan mental dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran dan inspirasi para ahli, dalam hal ini terutama dari dua tokoh perintis, yaitu Dorothea Lynde Dix dan Clifford Whittingham Beers. Kedua orang ini banyak mendedikasikan hidupnya dalam bidang pencegahan gangguan mental dan pertolongan bagi orang-orang miskin dan lemah. Dorthea Lynde Dix lahir pada tahun 1802 dan meninggal duinia tanggal 17 July 1887. dia adalah seorang guru sekolah di Massachussets, yang menaruh perhatian terhadap orang-orang yang mengalami gangguan mental. Sebagian perintis (pioneer), selama 40tahun dia berjuang untuk memberikan pengorbanan terhadap orang-orang gila secara lebih manusiawi.
Usahanya mula-mula diarahkan pada para pasien mental dirumah sakit. Kemudian diperluas kepada para penderita gangguan mental yang dikurung dirumah-rumah penjara. Pekerjaan Dix ini merupakan faktror penting dalam membangun kesadaran masyarakat umum untuk memperhatikan kebutuhan para penderita gangguan mental. Berkat usahanya yang tak kenal lelah, di Amerika serilkat didirikan 32 rumah sakit jiwa, dimana dia layak mendapat pujian sebagai salah seorang wanita besar di abad 19.
Pada tahun 1909, gerakan kesehatan mental secara formal mulai muncul. Selama dsekade 1900-19090 beberpa organisasi kesehetran mental telah didirikan, sepert: American Social Hygiene Associatin (ASHA), dan American Federation for Sex Hygiene.
Perkembangan gerakan-gerakan dibidang kesehatan mental ini tidak lepas dari jasa Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Bahkan, karena jasa-jasanya itulah, dia dinobatkan sebagai ”The Founder Of The Mental Hygiene Movement”. Dia terkenal karena pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi.
Dedikasi Beers yang begitu kuat dalam kesehatan mental, dipengaruhi juga oleh pengalamannya sebagai pasien dibeberapa rumah sakit jiwa yang berbeda. Selama dirumah sakit, dia mendapatkan pelayanan atau pengobatan yang keras dan kasar (kuarang manusia). Kondisi seperti ini terjadi, karena pada masa itu belum ada perhatian terhadap masalah gangguan mental, apalagi pengobatannya.
Setelah dua tahun mendapatkan perawatan dirumah sakit dia mulai memperbaiki dirinya, dan selama tahun terakhirnya sebagai pasien, dia mulai mengembangkan gagasan untuk membuat suatu gerakan untuk melindungi orang-orang yang mengalami gangguan mental atau orang gila (insane). Setelah dia kembali dalam kehidupan yang normal (sembuh dari penyakitnya), pada tahun 1908 di menindaklanjuti gagasannya demngan mempublikasikan sebuah tulisan autobiografinya sebagai, mantan penderita gangguan mental, yang berjudul ”A Mind That Found It Self”. Kehadiran buku ini disambut baik oleh Willian james, sebagai seorang pakar psikologi. Dalam buku ini, dia memberikan koreksi terhadap program pelayanan, perlakuan atau ”treatment” yang diberikan kepada para pasien dirumah sakit-rumah sakit yang dipandangnya kurang manusiawi. Disamping itu dia melupakan reformasi terhadap lembaga yang diberikan perawatan gangguan mental.
Beers meyakini bahwa penyakit atau gangguan mental dapat dicegah atau disembuhkan. Selanjutnya dia merancang suatu program yang bersifat nasional tujuan:

  1. Mereformasi program perawatan dan pemngobatan terhadap orang-orang pengidap penyakit jiwa. 
  2. Melakukan penyebaran informasi kepada masyarakat agar mereka memiliki pemahaman dan sikap yang positif terhadap para pasien yang mengidap gangguan atau penyakit jiwa 
  3. Mendorong dilakukannya berbagai penelitian tentang kasus-kasus dan pengobatan gangguan mental. 
  4. Mengembangkan praktik-praktik untuk mencegah gangguan mental.
Program Beers ini ternyata mendapat respon positif dari kalangan masyarakat, terutama kalangan para ahli, seperti Wlliam James dan seorang Psikiatris ternama, yaitu Adolf Mayer. Begitu tertariknya terhadap gagasan Beers, Adolf Mayer menyarankan untuk menamai gerakan itu dengan nama ”Mental Hygiene”. Dengan demikian, yang mempopulerkan istilah ”Mental Hygiene” adalah Mayer.
Belum lama setelah buku itu diterbitkan, yaitu pada tahun 1908, sebuah organisasio pertama, didirikan, dengan nama ”Connectievt Society For Mental Hygiene”. Satu tahu kemudian, tepatnya pada tanggal 19 Februari 1909 didirikan ”National Commitye Siciety For Mental Hygiene”, disini Beers diangkat menjadi sekretarisnya. Organusasi ini bertujuannya.

  1. Melindungi kesehatan mental masyarakat 
  2. Menyusun standar perawatan para pengidap gangguan mental 
  3. Meningkatkan studi tentang gangguan mental dalam segala bentuknya dan berbagai aspek yang terkait dengannya. 
  4. Menyebarkan pengetahuan tentang kasus gangguan mental, pencegahan dan pengobatannya 
  5. Mengkoordinasikan lembaga-lembhaga perawatan yang ada
Terkait dengan perkembangan gerakan kesehatan mental ini, Deutsch mengemukakan bahwa pada masa dan pasca Perang Dunia I, gerakan kesehatan mental ini mengkonsentarsikan programnya untuk membantu mereka yang mengalami masalah serius. Setelah perang usai, gerakan kesehatan mental semakin berkembang dan cakupan garapannya meliputi berbagai bidang kegiatan, seperti : pendidikan, kesehatan masyarakat, pengobatan umum, industri, kriminologi, dan kerja sosial.
Secara hukum, gerakan kesehatan mental ini mendapatkan pengukuhannya pada tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketika presiden Amerika Serikat menandatangani ”The National Mental Helath Act”. Dokumen ini merupakan bluprint yang komprehensif, yang berisi program-program jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat.
Beberapa tujuan yang terkandung dalam dokumen tersebut itu meliputi:

  1. Meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat Amerika Serikat, melalui penelitian, inevetigasi, eksperimen penanganan kasus-kasus, diagnosis dan pengobatan. 
  2. Membantu lembaga-lembaga pemerintah dan swasta yang melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan koordinasi antara para peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan kegiatan dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitiannya. 
  3. Memberikan latihan terhadap para personel tentang kesehatan mental 
  4. Mengembangkan dan membantu negara dalam menerapkan berbagai metode pencegahan, diagnosis, dan pengobatan terhadap para pengidap gangguan mental
Pada tahun 1950 organisasi kesehatan mental terus bertambah, yaitu dengan berdirinya ”National Association For Mental Health” yang bekerjasama dengan tiga organisasi swadaya masyarakat lainnya, yaitu ”National Committee For Mental Hygiene”, ”National Mental Health Foundation”, dan ”Psychiatric Foundation”.
Gerakan kesehatan mental ini terus berkambang, sehingga pada tahun 1075 di Amerika serikat terdapat lebih dari seribu tempat perkumpulan kesehatan mental. Dibelahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui ”The World Federation For Mental Health” dan “The World Health Organization”.

Daftar Pustaka
Yusuf, Syamsu. ”Mental Hygiene Perkembangan Kesehatan Mental dalam kajian Psikologi dan agama”. Pustaka Bani Quraisy bandung. Bandung. 2004
 Syamsu Yusuf. 2009. Mental Hygiene. Bandung : MaesTRO
medicalnewstoday.com/articles/154543.php